PENGERTIAN SWASEMBADA PANGAN
Swasembada
pangan berarti kita mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan
bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai
diperlukan masyarakat Indonesia dengan kemampuan yang dimilki dan pengetauhan
lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang
kebutuhan pangan.Yang kita ketahui Negara Indonesia sangat berlimpah dengan
kekayaan sumber daya alam yang harusnya dapat menampung semua kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia slah satu cara yaiutu dengan berbagai macam kegiatan
seperti ini
• Pembuatan UU & PP yg berpihak pada petani & lahan pertanian.
• Pengadaan infra struktur tanaman pangan seperti: pengadaan daerah irigasi & jaringan irigasi, pencetakan lahan tanaman pangan khususnya padi, jagung, gandum, kedelai dll serta akses jalan ekonomi menuju lahan tsb.
• Penyuluhan & pengembangan terus menerus utk meningkatkan produksi, baik pengembangan bibit, obat2an, teknologi maupun sdm petani.
• Melakukan Diversifikasi pangan, agar masyarakat tidak dipaksakan utk bertumpu pada satu makanan pokok saja (dlm hal ini padi/nasi), pilihan diversifikasi di indonesia yg paling mungkin adalah sagu, gandum dan jagung (khususnya Indonesia timur).
Jadi diversifikasi adalah bagian dr program swasembada pangan yg memiliki pengembangan pilihan/ alternatif lain makanan pokok selain padi/nasi (sebab di indonesia makanan pokok adalah padi/nasi). Salah satu caranya adalah dengan sosialisasi ragam menu yang tidak mengharuskan makan nasi seperti yang mengandung karbohidrat juga seperti nasi yaitu : singkong,ubi,kentang.
• Pembuatan UU & PP yg berpihak pada petani & lahan pertanian.
• Pengadaan infra struktur tanaman pangan seperti: pengadaan daerah irigasi & jaringan irigasi, pencetakan lahan tanaman pangan khususnya padi, jagung, gandum, kedelai dll serta akses jalan ekonomi menuju lahan tsb.
• Penyuluhan & pengembangan terus menerus utk meningkatkan produksi, baik pengembangan bibit, obat2an, teknologi maupun sdm petani.
• Melakukan Diversifikasi pangan, agar masyarakat tidak dipaksakan utk bertumpu pada satu makanan pokok saja (dlm hal ini padi/nasi), pilihan diversifikasi di indonesia yg paling mungkin adalah sagu, gandum dan jagung (khususnya Indonesia timur).
Jadi diversifikasi adalah bagian dr program swasembada pangan yg memiliki pengembangan pilihan/ alternatif lain makanan pokok selain padi/nasi (sebab di indonesia makanan pokok adalah padi/nasi). Salah satu caranya adalah dengan sosialisasi ragam menu yang tidak mengharuskan makan nasi seperti yang mengandung karbohidrat juga seperti nasi yaitu : singkong,ubi,kentang.
PROGRAM PENETAPAN SWASEMBADA PANGAN
Tujuan program ini adalah untuk memelihara kemantapan swasembada pangan melalui peningkatan ketahan pangan dan efisiensi system distribusi pangan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian pangan,serta peningkatan nilai tambah.
Tujuan tersebut antara lain,di capai penerapan melalui penerapan kebijakn harga dasar gabah,penerapan harga batas tertinggi beras,dan penerapan sarana penyangga pangan yang efisien.
Penerapan harga dasar bertujuan harga pendapatan nyata petani senantiasa peningkatan sehinga petani tetap terdorong untuk meningkatan produksi.oleh sebab itu harga dasar selalu disesuaikan dengan perkembangan biaya produksi termasuk harga barang dan jasa yang dibutuhkan petani.
Tujuan program ini adalah untuk memelihara kemantapan swasembada pangan melalui peningkatan ketahan pangan dan efisiensi system distribusi pangan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian pangan,serta peningkatan nilai tambah.
Tujuan tersebut antara lain,di capai penerapan melalui penerapan kebijakn harga dasar gabah,penerapan harga batas tertinggi beras,dan penerapan sarana penyangga pangan yang efisien.
Penerapan harga dasar bertujuan harga pendapatan nyata petani senantiasa peningkatan sehinga petani tetap terdorong untuk meningkatan produksi.oleh sebab itu harga dasar selalu disesuaikan dengan perkembangan biaya produksi termasuk harga barang dan jasa yang dibutuhkan petani.
HAMBATAN
DALAM PROGRAM SWASEMBADA PANGAN
pencapaian swasembada pangan, terutama
padi, jagung, kedelai dan gula masih menghadapi kendala karena keterbatasan
lahan pertanian di dalam negeri.
1.Selain keterbatasan lahan, kendala
lain yang dihadapi mencapai swasembada pangan masih tinggi alih fungsi atau konversi lahan pertanian ke
non pertanian.
2.Saat ini, konversi lahan pertanian mencapai 100.000 ha per tahun, sedang kemampuan pemerintah menciptakan lahan baru maksimal 30.000 ha. Hingga setiap tahun justru terjadi pengurangan luas lahan pertanian.
2.Saat ini, konversi lahan pertanian mencapai 100.000 ha per tahun, sedang kemampuan pemerintah menciptakan lahan baru maksimal 30.000 ha. Hingga setiap tahun justru terjadi pengurangan luas lahan pertanian.
Sementara perubahan yang mengakibatkan cuaca tidak menentu dan keterbatasan
anggaran juga berdampak terhadap upaya swasembada produk strategis itu.Swasembada
pangan terkendala pada keterbatsan lahan, swasembada pangan berkelanjutan
pemerintah telah menetapkan peningkatan produksi. Untuk jagung 10 persen per
tahun, kedelai 20 persen, daging sapi 7,93 persen, gula 17,56 persen dan beras
3,2 persen per tahun.Dalam Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2010,
dia mengatakan, mencapai target ini diperlukan peningkatan areal pertanaman.
Dia mencontohkan, pada swasembada gula dibutuhkan lahan tambahan 350.000
hektare (ha), kedelai 500.000 ha. “Tapi ada kendala. Hingga saat ini, pun belum
ada kepastian soal lahan,” katanya dalam kegiatan yang diikuti para Sekretaris
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Indonesia.Kondisi ini,
menjadikan satu lahan pertanian terpaksa untuk menanam berbagai komoditas
tanaman pangan secara bergantian. Akibatnya, Indonesia selalu menghadapi
persoalan dilematis dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman.Jika
menggenjot produksi kedelai, produksi jagung akan turun. Sebab, lahan diambil
kedelai. Juga sebaliknya, karena kedua komoditas ini ditanam saling
menggantikan.Sebenarnya Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah menjanjikan lahan
2 juta ha dari total lahan terlantar 7,3 juta ha untuk pertanaman pangan. Namun
hingga saat ini belum ada kejelasan soal lahan itu.Selain keterbatasan lahan,
kendala lain yang dihadapi mencapai swasembada pangan masih tinggi alih fungsi
atau konversi lahan pertanian ke non pertanian.Saat ini, konversi lahan
pertanian mencapai 100.000 ha per tahun, sedang kemampuan pemerintah menciptakan
lahan baru maksimal 30.000 ha. Hingga setiap tahun justru terjadi pengurangan
luas lahan pertanian.Sementara perubahan yang mengakibatkan cuaca tidak menentu
dan keterbatasan anggaran juga berdampak terhadap upaya swasembada produk
strategis itu.Menyinggung upaya pemerintah mengatasi persoalan keterbatasan
anggaran, pemerintah mengembangkan program food estate atau kawasan pertanian
skala luas dengan merangkul swasta, BUMN dan BUMD. “Food estate itu sebagai
akselerasi, karena anggaran APBN terbatas. Orientasi ekspor, tetapi
kalau kebutuhan dalam negeri berkurang, diutamakan mengisi kebutuhan dalam
negeri.
PROGRAM
SWASEMBADA PANGAN PEMERINTAH SAAT INI
Pada masa SBY,
pemerintah mengeluarkan progam perencanaan revitalisasi pertanian yang mencoba
menempatkan kembali sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dengan
meningkatkan pendapatan pertanian untuk GDP, pembangunan agribisnis yang mampu
meyerap tenaga kerja dan swasembada beras, jagung dan palawija.
Pada
masa nya SBY dianggap gagal dalam hal swasembada pangan dan hanya dianggap
keberhasilan yang semu,Pentingnya pencapaian swasembada beras, perlu diketahui
kedudukan khusus beras dalam menu, budaya, dan politik Indonesia. Beras adalah
bahan makanan pokok bagi orang Indonesia. Berbagai bahan makanan lain pengganti
beras pernah dianjurkan oleh pemerintah, namun rakyat tidak menyukainya.
Ketika harga beras
melonjak sampai pada titik di mana konsumsinya harus dikurangi, penduduk
menjadi kekurangan gizi dan kelaparan. Beras adalah pusat dari semua hubungan
pertalian sosial.
Radius Prawiro pada tahun 1998 menjabarkan beberapa langkah kunci yang pernah diambil dalam perjalanan ke arah swasembada beras, diantaranya:
1. Bulog, Dewan Logistik Pangan, dan Harga-harga Beras.
2. Teknologi dan Pendidikan. Sejak tahun 1963, Indonesia memperkenalkan banyak program kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani. Pemerintah berjuang untuk memperkenalkan teknologi pertanian kepada para petani.
3. Koperasi Pedesaan. Pada tahun 1972, ketika Indonesia kembali mengalami panen buruk, pemerintah menganjurkan pembentukan koperasi sebagai suatu cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional. Ada dua bentuk dasar dari koperasi, pada tingkat desa ada BUUD (Badan Usaha Unit Desa).
Pada tingkat kabupaten, ada koperasi serba usaha yang disebut KUD (Koperasi Unit Desa). Koperasi juga bertindak sebagai pusat penyebaran informasi atau pertemuan organisasi.
4. Prasarana. Banyak aspek pembangunan prasarana yang secara langsung ditujukan untuk pembangunan pertanian, dan semuanya secara langsung memberikan kontribusi untuk mencapai swasembada beras. Sistem irigasi merupakan hal penting dalam pembangunan prasarana pertanian. Pekerjaan prasarana lain yang berdampak langsung dalam pencapaian tujuan negara untuk berswasembada beras adalah program besar-besaran untuk pembangunan dan rehabilitasi jalan dan pelabuhan.
Pemerintah juga sering melakukan praktik dagang menjelang pelaksanaan kebijakan ekonomi yang kontroversial. Stok beras di pasaran dibuat langka baru kemudian harga naik, akhirnya masyarakat dipaksa memahami impor beras yang akan dilakukan oleh pemerintah. Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah berdampak dua hal yakni:
Pertama, menurunkan motivasi kerja para petani karena hasil kerja kerasnya akan kalah berkompetisi dengan beras impor di pasaran.
Kedua, menterpurukkan tingkat pendapatan petani domestik yang rendah menjadi sangat rendah.
Selain itu, ada motivasi ekonomi-politik yang sebenarnya disembunyikan di balik logika bisnis impor beras. Impor beras merupakan bentuk kebijakan ekonomi-politik pertanian yang mengacu kepada kepentingan pasar bebas atau mazhab neo-liberalisme.
Kebijakan impor beras adalah pemenuhan kesepakatan AoA (Agreement on Agriculture) WTO yang disepakati oleh Presiden Soeharto tahun 1995 dan dilanjutkan pemerintahan penerusnya sampai sekarang. Butir-butir kesepakatan AoA terdiri dari :
Radius Prawiro pada tahun 1998 menjabarkan beberapa langkah kunci yang pernah diambil dalam perjalanan ke arah swasembada beras, diantaranya:
1. Bulog, Dewan Logistik Pangan, dan Harga-harga Beras.
2. Teknologi dan Pendidikan. Sejak tahun 1963, Indonesia memperkenalkan banyak program kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani. Pemerintah berjuang untuk memperkenalkan teknologi pertanian kepada para petani.
3. Koperasi Pedesaan. Pada tahun 1972, ketika Indonesia kembali mengalami panen buruk, pemerintah menganjurkan pembentukan koperasi sebagai suatu cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional. Ada dua bentuk dasar dari koperasi, pada tingkat desa ada BUUD (Badan Usaha Unit Desa).
Pada tingkat kabupaten, ada koperasi serba usaha yang disebut KUD (Koperasi Unit Desa). Koperasi juga bertindak sebagai pusat penyebaran informasi atau pertemuan organisasi.
4. Prasarana. Banyak aspek pembangunan prasarana yang secara langsung ditujukan untuk pembangunan pertanian, dan semuanya secara langsung memberikan kontribusi untuk mencapai swasembada beras. Sistem irigasi merupakan hal penting dalam pembangunan prasarana pertanian. Pekerjaan prasarana lain yang berdampak langsung dalam pencapaian tujuan negara untuk berswasembada beras adalah program besar-besaran untuk pembangunan dan rehabilitasi jalan dan pelabuhan.
Pemerintah juga sering melakukan praktik dagang menjelang pelaksanaan kebijakan ekonomi yang kontroversial. Stok beras di pasaran dibuat langka baru kemudian harga naik, akhirnya masyarakat dipaksa memahami impor beras yang akan dilakukan oleh pemerintah. Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah berdampak dua hal yakni:
Pertama, menurunkan motivasi kerja para petani karena hasil kerja kerasnya akan kalah berkompetisi dengan beras impor di pasaran.
Kedua, menterpurukkan tingkat pendapatan petani domestik yang rendah menjadi sangat rendah.
Selain itu, ada motivasi ekonomi-politik yang sebenarnya disembunyikan di balik logika bisnis impor beras. Impor beras merupakan bentuk kebijakan ekonomi-politik pertanian yang mengacu kepada kepentingan pasar bebas atau mazhab neo-liberalisme.
Kebijakan impor beras adalah pemenuhan kesepakatan AoA (Agreement on Agriculture) WTO yang disepakati oleh Presiden Soeharto tahun 1995 dan dilanjutkan pemerintahan penerusnya sampai sekarang. Butir-butir kesepakatan AoA terdiri dari :
1.
Kesepakatan market access (akses pasar) komoditi pertanian domestik. Pasar
pertanian domestik di Indonesia harus dibuka seluas-luasnya bagi proses
masuknya komoditi pertanian luar negeri, baik beras, gula, terigu, dan lain
sebagainya.
2.
Penghapusan subsidi dan proteksi negara atas bidang pertanian. Negara tidak
boleh melakukan subsidi bidang pertanian, baik subsidi pupuk atau saprodi
lainnya serta pemenuhan kredit lunak bagi sektor pertanian. 3. Penghapusan
peran STE (State Trading Enterprises) Bulog, sehingga Bulog tidak lagi berhak
melakukan monopoli dalam bidang ekspor-impor produk pangan, kecuali beras.
Dampak
pemenuhan kesepakatan AoA WTO sangat menyedihkan bagi kondisi pertanian
lndonesia semenjak 1995 hingga sekarang ini. Sektor pertanian di Indonesia
mengalami keterpurukan dan kebangkrutan. Akibat memenuhi kesepakatan AoA WTO,
Indonesia pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun
1998 sebesar 4,5 juta ton setahun.
Presiden
SBY adalah seorang doktor pertanian yang pernah menulis tesis tentang
revitalisasi pertanian dengan beberapa kesimpulan, di antaranya:
1)
Untuk membangun kembali pertanian maka intervensi asing semacam IMF dan World
Bank harus dinetralisasikan dari bidang pertanian.
(2)
Pemerintah perlu mengorientasikan kebijakan fiskalnya untuk mendukung sektor
pertanian.
(3)
Pemerintah perlu memfasilitasi pengembangan pertanian yang berorientasi
kepentingan petani dengan penerapan penuh sistem pertanian berkelanjutan. Namun
sayangnya keyakinan atau ide cerdas SBY dalam disertasinya berbalik dengan
realitas kebijakan ekonomi-politik pertanian yang direncanakan dan
diimplementasikan.
Kebijakan
pemerintahan SBY saat ini tidak mendukung berkembangnya sektor pertanian dalam
negeri. Antara lain, Indonesia telah mengarah ke negara industri, padahal
kemampuanya masih di bidang agraris. Misalnya, kedudukan Pulau Jawa sebagai
sentra penghasil padi semakin kehilangan potensi karena industrialisasi dan
pembangunan perumahan. Konversi tata guna lahan ini merupakan salah satu pemicu
merosotnya pertanian Indonesia yang menjadi sumber penghidupan 49 persen warga
negara.
Ada
sejumlah faktor yang selama ini menjadi pemicu utama terpuruknya sektor
pertanian, di antaranya :
1. Dari segi sarana dan prasarana, dana pemeliharaan
infrastruktur pertanian, tidak ada pembangunan irigasi baru, dan pencetakan
lahan baru tidak berlanjut.
2. Dalam hal bebasnya konversi lahan pertanian, pihak pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten tidak disiplin menjalankan pemerintahan dengan mengizinkan pengubahan fungsi pertanian yang strategis bagi ketahanan negara.
2. Dalam hal bebasnya konversi lahan pertanian, pihak pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten tidak disiplin menjalankan pemerintahan dengan mengizinkan pengubahan fungsi pertanian yang strategis bagi ketahanan negara.
3.
Dari sisi kebijakan dan politik, penerapan otonomi daerah membuat sektor
tanaman pangan terabaikan. Para elite politik membuat kebijakan demi partai,
bukan untuk kebijakan pangan rakyat. Keadaan semakin buruk dengan tidak adanya
keamanan dan stabilitas yang seharusnya dijalankan aparat penegak hukum.
KESIMPULAN
Jadi swaembada pangan bagi Indonesia lum mencukupi atau Indonesia belum dapat memenuhi swasembada pangan untuk Indonesia sendiri.Karena swasembada pangan apabila Negara tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk seluruh masyarakatnya serta tidak tergantung terhadap impor pangan dari Negara lain.Pemerintah telah mengupayakan Indonesia untuk memeuhi kebutuhan pangan untuk seluruh penduduk Indonesia tetapi pada kenyataannya program yang telah dijalankan oleh pemerintah belum akurat dalam membantu program swasembada pangan.Hambatan yang terjadi dalam terciptanya swasembada pangan adalah kekurangan lahan untuk bercocok tanam karena penduduk Indonesia sangat banyak maka memerlukan di setiap daerah swasembada pangan yang cukup luas lahan.Solusinya adalah pemerintah harus menyisihkan di setiap provinsi maupun daerah-daerah untuk mempunyai lahan yang luas agar dapat menanam semua kebutuhan pangan disitu.Jangan setiap ada lahan kosong langsung menjadi proyek bisnis untuk menghasilkan keuntungan pihak tertentu atau pribadi.Sehingga lahan yang seharusnya digunakan dalam menjalakan program swasembada malah menjadi suatu bisnis yang menyebabkan kepadatan penduduk dengan didirikan rumah-rumah permanen,mol,hotel serta apartement. Menjadi salah satu hambatan dan Indonesia akan terus menerus kekurangan bahan pangan dan mengimpor dari Negara lain.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080409213724AAuJk0F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar